BAB I
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Setiap masyarakat
manusia pasti mengalami perubahan-perubahan selama hidupnya. Ada perubahan yang
pengaruhnya terbatas maupun yang luas, ada perubahan yang lambat ada pula
perubahan yang cepat. Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat,
banyak sosiolog modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah
sosial dan kebudayaan dalam masyarakat.
Perubahan dalam
masyarakat memang telah ada sejak dahulu. Namun, dewasa ini perubahan-perubahan
tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga membingungkan manusia yang
menghadapinya, yang sering berjalan secara konstan. Ia memang terkait dengan
waktu dan tempat. Akan tetapi, karena sifatnya yang berantai, perubahan
terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan
reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.[1]
Perubahan sosial
saat ini sangat kompleks, meliputi berbagi unsur yang ada pada masyarkat,
begitu juga dengan masalah kebudayaan yang selalu berkembang dikarenakan
masyarakat yang sangat dinamis.
Atas dasar problema diatas
maka, penulis akan membahas masalah tersebut dalam makalah yang berjudul
perubahan sosial dan kebudayaan.
B. RUMUSAN MASALAH
· Apa definisi dan
teori-teori tentang perubahan sosial dan kebudayaan ?
· Bagaimana hubungan
antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan ?
· Apa saja bentuk-bentuk
perubahan sosial da kebudayaan ?
· Apa faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan ?
· Apa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses perubahan?
· Bagaimana
proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
· Untuk mengetahui
definisi dan teori-teori tentang perubahan sosial dan kebudayaan.
· Untuk mengetahui
hubungan antara perubahan sosial dan kebudayaan.
· Untuk mengetahui
bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan.
· Untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan.
· Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan.
· Untuk mengetahui
proses-proses perubahn sosial dan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PERUBAHAN
SOSIAL DAN KEBUDAYAAN
Para sosilog maupun
antropolog telah banyak membahas definisi perubahan sosial dan
kebudayaan. Diantaranya :
William F. Ogburn
berusaha memberikan pengertian tertentu, dia mengemukakan ruang lingkup
perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material
maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.[2]
Kingslay Davis
mengartikan peerubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh
dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahn dalam hubungan
antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan
perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.[3]
MacIver lebih suka
membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan
pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan
ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori di atas. Sebuah
mesin ketik, printer, atau system keuangan merupakan utilitarian elements
karena benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi kebutuhan manusia, tetapi
dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan. Utilitarian elements disebutnya
civilization. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam
upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya. Culture menurut MacIver adalah
ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan
hidup,seni kesusastraan, agama, rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel,
drama, film, permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk culture karena
hal-hal itu secara langsung memenuhi kebutuhan manusia[4].
Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan dalam
hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.[5]
Gillin dan Gillin
mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara
hidup yang telah diterima baik karena perubahan-perubahn kondisi geografis,
kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig
mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab
intern maupun ekstern.[6]
Selo Soemardjan :
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang memenuhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai,
sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan
pada definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai
himpunan pokok manusia, yang kemudian mempengaruhi segi-segi structure
masyarakat lainnya.[7]
B. TEORI-TEORI PERUBAHAN
SOSIAL
Banyak dari ahli
filsafat dan sosiolog berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya
perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan
hidup manusia. Ada yang berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena
adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat,
misalnya perbahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, dan
kebudayaan.
Ada pula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodic dan non
periodik.[8] Pendapat-pendapattersebut
pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingaran kejadian-kejadian.
Pitirim A. Sorokin
berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan
yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak aka berhasil
baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran perubahan-perubahan sosial
tersebut. Akan tetapi, perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting
adalah lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan
jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi.[9]
William F. Ogburn
menekankan pada kondisi teknologi dari kondisi-kondisi sosial primer yang
menyebabkan terjadinya perubahan disamping aspek ekonomi, geografis, dan
biologis. Ada beberapa ahli pula yang menyatakan bahwa semua kondisi tersebut
sama pentingnya , satua atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan
sosial.
C. HUBUNGAN ANTARA
PERUBAHAN SOSIAL DAN PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Sosial sanant erat
hubungannya dengan kebudayaan. Sosial berbicara tentang masyarakat dan
kebudayaan merupakan hasil dari masyarakat yang berupa ekspresi jiwa, cara-cara
hidup, berfikir, pergaulan, seni dan sebagainya. Kingsley Davis berpendapat
bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.[10]
Ruang lingkup
perubahan kebudayaan lebih luas. Sudah tentu ada unsur-unsur kebudayaan yang
dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan-perubahan dalam kebudayaan
tidak perlu mempengaruhi sistem sosial. Masyarakat menurut Kinslay Davis adalah
sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, bukan
hubungan antara sel-sel.[11] Kebudayaan
dikatakannya mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul
karena interaksi yang bersifat komutatif seperti menyampaikan buah pikiran
secara simbolis dan bukan karena warsan yang berdasarkan keturunan.[12] Apabila
diambil definisi kebudayaan dari Taylor yang mengatakan bahwa kebudayaan
adalahsuatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum adat istiadat, dan setiap kemempuan serta kebiasaan manusia sebagai warga
masyarakat, maka perubahan-perubahan kebudayaan merupakan setiap perubahan dari
unsur-unsur tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari kita akan sulit menentukan garis pemisah antara
perubahan sosial dan prubahan kebudayaan karena tidak ada masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan dan tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma
dalam suatu masyarakat. Jadi walapun secara teoritis pemisah antara keduanya
dapat dirumuskan, tapi dalam kehidupan sehari-hari garis pemisahnya sukar
dipertahankan.
Hal yang jelas adalah
perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu
keduanya bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.[13]
D. BEBERAPA BENTUK
PERUBAHAN SOSIAL
Bentuk-bentuk
perubahan sosial dan kebudayaan telah dibahas oleh banyak sosiolog.
Perubahan-perubahn tersebut diantaranya :
· Perubahan yang
Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Direncanakan
Adakalanya perubahan
sosial memang telah direncanakan, baik waktunya, pola biayanya,
manusia-manusianya dan sebagainya. Tapi disamping itu ada perubahan sosial yang
tidak direncanakan seperti karena terjadinya penjajahan, banana alam dan
lain-lain.
Perubahan sosial yang
direncanakan, merupakan perubahan yang diperkirakan terlebih dahulu oleh
pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak
yang menghendaki perbahan itu dinamakan “agen of change atau
agen perubahan. Yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai ide-ide
baru atau yang dipercayakan untuk pengembangan kegiatan-kegiatan yang akan
dapat membawa perubahan di dalam masyarakatnya.[14] Perubahan
sosial yang demikian itu, lazimnya sudah menyiapkan suatu cara untuk
mempengaruhi masyarakat dengan konsepsi dan sistem yang teratur dan terarah,
yang disebut dengan “social engineering”atau juga
disebut “social planning”.
Tugas dari agen of
change adalah menciptakan institusi-institusi kemasyarakatan, yang dapat
dijadikan saluran efektif dalam mengintrodusir ide-ide baru dan kegiatan
pembaharuan sosial. Disamping menciptakan institusi modern tersebut juga
diusahakan mewujudkan manusia-manusia modern yang mempunyai orientasi ke depan
dan sanggup menjangkau horizon pemikiran yang lebih jauh dan terbuka.
· Perubahan Lambat dan
Perubahan Cepat
Perubahan-perubahan
yang berlangsung lama, yang berupa rentetan-rentetan perubahan kecil yang saing
mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Evolusi sosial terjadi dengan
sendirinya tanpa adanya rencana atau kehendak tertentu. Perubahan
tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru yang timbul
sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Ada beberapa teori
tentang evolusi, yang pada umumnya dapat digolongkan ke dalam beberapa ketegori
sebagai berikut :[15]
a. Unilinear theories of
evolution
Teori ini pada
pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaan)
mengalami perubahan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, mulai dari bentuk sederhana
lalu bentuk yang kompleks sampai bentuk yang sempurna. Pelopor teori ini antara
lain August Comte, Herbert Spencer dan sebagainya. Variasi dari teori ini
adalah Cyclical theories, Teori yang dipeopori oleh Vilfredo Pareto berpendapat
bahwa masyarakat dan kebudayaan mempuyai tahap-tahap perkembangan yang berupa
siklus, di mana suatu tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang. Termasuk
pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang pernah pula mengemukakan
teori dinamika sosial dan kebudayaan. Sorokin menyatakan bahwa masyarakaat
berkambang melalui tahap-tahap yang masing-masing didasarkan pada sistem
kebenaran. Dalam tahap pertama dasarnya kepercayaan, tahap kedua indra manusia
dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.[16]
b. Universal theory of
evolution
Teori ini menyatakan
bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap tertentu yang
tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebuadayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi tertentu. Prinsip-prinsip teori ini diuraikan oleh Herbert
Spencer yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil
perkembangan dari kelompok homogeny ke kelompok heterogen, baik sifat maupun susunannya.
c. Multilined theories of
evolution
Teori ini menekankan
pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam
evolusi masyarakat. Misalnya, mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan
sistem pencaharian dari sistem pertanian ke industri, terhadap sistem
kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan.
Dewasa ini sangat
sulit meentukan apakah suatu masyarakat berkembang melalui tahap-tahap tertentu
karena tahap-tahap tersebut juga sulit untuk dijelaskan. Tahap-tahap Perubahan
sosial itu sendiri pada masa mendatang akan menuju kebentuk kehidupan sosial
yang lebih sempurna dari sekarang atau sebaliknya oleh karena itu banyak
sosilog telah banyak meninggalkan teori-teori evolusi (tentng, masyarakat).
Sementara itu, perubahan-perubahan
sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepatdan menyangkut dasar-dasar
atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga
kemasyarakatan) lazimnya dinamakan “revolusi”.
Di dalam revolusi,
perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa
rencana. Ukuran kecepatan pada revolusi ini sebenarnya relatif. Misalnya
revolusi industri di Inggris, dimana perubahan-perubahan terjadi dari tahap
produksi tanpa mesin menuju ke tahap produksi menggunakan mesin. Perubahan
tersebut dianggap cepat karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat,
seperti sistem kekeluargaan, hubungan antara buruh dengan majikan dan
sebagainya. Suatu revolusi dapat berlangsung dengn didahilui dengan
pemberontakan. Pemberontakan para petani di Banten misalnya, didahului dengan
suatu kekerasan, sebelum menjadi revolusi yang mengubah sendi-sendi kehidupan
masyarakat.
· Perubahan Kecil dan
Perubahan Besar
Agak sulit untuk
merurumuskan masing-masing pengertian tersebut di atas karena batas-baas
pembedanya sangat relative. Sebagai pegangan dapatlah dikatakan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung atau berarti pada masyarakat.[17]pengaruh
mode pakaian misalnya tidak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat
secara keseluruhab karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sealiknya, suatu proses indusrialisasi yang
berlangsun pada masyarakat agraris, misalnya merupakan perubahan yang akan
membawa pengaruh besar pada masyarakat. Berbagai lembaga kemasyarakat akan ikut
terpengaruh, misalnya hubungan kerja, hubungan kekeluargaan, sistem
kekeluargaan, stratifikasi msyarakat dan sebagainya.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG
MENYEBABKAN PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN
Faktor-faktor penyebab
perubahan sosial dan kebudayaan berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan
juga berasal dari luar. Yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri antara
lain :
· Bertambahnya dan
Berkurangnya Peduduk
Sentralisasi
pemerintahan dan juga pusat lapangan kerja membuat banyak penduduk pedesaan
melakukan urbanisasi ke kota-kota besar. Sehingga terjadi bertambahan penduduk
di daerah perkotaan dan juga berkurangnya penduduk di daerah pedesaan.
Kepadaatan pendudukan di kota besar telah melahirkan berbagai perubahan dengan
pengaruh yang besar. Areal tanah yang dapat diusahakan menjadi lebih sempit;
pengannguran semakin tampak. Banyak penduduk bertempat tinggal di tempat yang
tidak layak dan tidak pada tempatnya seperti di kolong jembatan, di jalanan, di
piarnggir sungai dan sebagainya.
Hal semacam itu
membuat sistem sosial tidak terkendali. Dan perubahan sosial berkembang kearah
yang lebih buruk.
· Penemuan-Penemuan Baru
dan Perkembangan Teknologi
Penemuan-penemuan baru
sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam
pengertian-pengertian discovery dan invention. Discvery adalah penemuan unsur
kebudayaan yang baru, baik berupa alat ataupun yang berupa gagasan yang
diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu,
Discovery baru menjadi
invention kalu masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan
baru itu.[18]sering
kali proses dari discovery sampai ke invention mebutuhkan suatu rangkaian
pencipta-pencipta. Penemuan mobil misalnya dimulai dari usaha seorang Austria,
yaitu S.Marcus (1875) yang membuat motor gas yang pertama. Sebetulnya sistem
motor gas tersebut juga merupakan suatu hasil dari rangkaian ide yang telah
dikembangkan sebelum Marcus. Meskipun demikian, Marcus lah yang membulatkan
penemuan tersebut, dan yang untuk pertama kali yang menghubungkan motor gas
dengan sebuah kereta sehingga dapat berjalan tanpa ditarik seekor kuda itulah
saatnya mobil menjadi discovery. Jadi 30 tahun kemudian sesudah suatu rangkain
sumbangan dari sekian banyak pencipta lain yang menambah perbaikan mobil
tersebut, barulah sebuah mobil dapat mencapai suatu bentuk sehingga dapat
dipakai sebagai alat pengangkut oleh manusia dengan cukup praktis dan aman.
Bentuk mobil semacam itu yang mendapat paten di amerika serikat (1911) dapat
disebut sebagai permulaan dari kendaran mobil yang pada masa sekarang menjadi
salah satu alat yang amat penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan
tercapainya bentuk tersebut, kendaraan mobil menjadi suatu invention.
Pada saat penemuan
menjadi invention, proses inovasi belum selesai. Meskipun kira-kira sesudah
1911 produksi mobil dimulai, mobil masih belum dikenal ole selurruh masyarakat.
Penyebaran ala pengangkutan tersebut harus dipropagandakan kepada khalayak
ramai selain itu biaya produksi mobil demikaian tingginya sehingga hanya suatu
golongan sangat kecil saja yang dapat membelinya. Masih diperlukan rangkain
penelitian lain dan penemuan-penemuan lain yang akan dapat menekan biaya
produksi. Satu persoalan lain yang juga harus dihadapi adalah apakah masyarakat
sudah siap menerimanya karena misalnya diperlukan pembuatan jalan-jalan raya
yanga baru. Seluruh proses tersebut merupakan rangkaian proses inovasi dari
sebuah mobil.[19]
Seperti halnya mobil,
penemuan internet juga telah mengubah sistem sosial dan sendi pokok kehidupan
masyarakat. Internet memberi pengaruh besar pada bangsa Indonesia kerena
internet menyebarkan ilmu pengetahuan dan juga kebudayaan Negara lain sehingga
kebudayaan Indonesia terkikis oleh budaya global. Kebudayaan atau tradisi
gotong royong semakin lama semakin menghilang. Apalagi setelah adanya jejaring
sosial yang berupa facebook, twiter, dan sebagainya telah memberikan banyak
perubahan pada hubungan sosial antara setiap orang. Jejaring sosial telah
membuat hubungan sosial antara manusia yang saling berjauhan menjadi
lebih dekat tapi, seseorang lebih mempedulikan orang yang jauh dari pada orang
yang didekatnya
· Pertentangan
(Conflict) Masyarakat
Pertentangan
masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan.
Pertentangan yang kerap tejadi antara generasi tua dan generasi muda.
Pertentangan-pertentangan demikian akibat ketidak sefahaman antara keduanya
tentang cara pandang kehidupan sosial dan kebudayaan. Generasi muda menganggap
geerasi tua itu kuno dan ketinggalan zaman, mereka lebih mudah menerima
unsur-unsur kebudayaan asing (khususnya kebudayaan barat) karena merasa
kebudayaan asing lebih modern dan masa kini.
· Terjadinya
pemberontakan
Revolusi yang meletus
pada Oktober 1917 di rusia telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar
Negara Rusia yang mula-mula mempunyai bentuk kerajaan absolute berubah menjadi
dictator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga
kemasyarakatan, mulai dari bentuk Negara sampai keluarga batih, mengalami
perubahan-perubahan yang mendasar.
Suatu perubahan sosial
dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar
masyarakat, yaitu :
· Lingkungan alam yang
ada di sekitar manusia
Terjadinya gempa bumi,
topan, banjir besar dan sebagainya mungkin menyebabkan masyarakat yang mendiami
daerah-daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila
masyarakat tersebut mendiami tempat yang baru mereka harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan tersebut. Kemungkinan penyesuaian itu menimbulkan
perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan.
Lingkungan alam juga
berpengaruh bagi kaum urban. Mereka yang sebelumnya bertani atau bergantung
pada alam, setelah ke kota mereka akan menyesuaikan diri dan berubah sesuai
dengan masyarakat kota.
· Peperangan
Peperangan dapat pula
menyebabkan terjadinya perubahan karena biasanya pihak yang menang akan
memaksaka kebudayaannya pada yang kalah.[20] Contohnya
Negara-negara yang kalah dalam perang dunia ke dua banyak sekali mengalami
perubahan dalam lembaga kemasyarakatannya. Negara-negara yang kalah dalam
perang dunia kedua seperti jerman da jepang mengalami perubahan-perubahan yang
besar dalam masyarakat.
· Pengaruh kebudayaan
lain
Hubungan yang
dilakukan fisik antara dua masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda mempunyai
kecenderungan pengaruh timbal balik. Kedua kebudayaan akan saling mempengaruhi.
Kadang kala ada kebudayaan yang menolak kebudayaan lain. Seperti kebudayaan
orang cina yang masuk ke Indonesia karena banyak orang cina yang tinggal di
Indonesia telah menyebabkan banyak perubahan terhadap kebudayaan di Indonesia.
Pengaruh kebudayaan
tidak harus ada kontak fisik antara kebudayaan. Dengan adanya internet,
televisi dll, telah menyebarkan kebudayaan keseluruh dunia. Karena penguasa
teknologi ini adalah budaya barat dan jepang sehingga pengaruh yang disebarkan
sebagian besar adalah budaya tersebut. Sehingga pengaruh itu hanya dari satu
pihak saja.
Apabila salah satu
dari dua kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi,
maka yangterjadi adalah proses imitasi, yaitu peniruan terhadap unsur-unsur
kebudayaan lain. Mula-mula unsur-unsur tersebut ditambahkan pada kebudayaan
asli. Akan tetapi, lambat laun unsur-unsur kebudayaan aslinya diubah dan
diganti oleh unsur-unsur kebudayaan asing tersebut.[21]
F. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROSES PERUBAHAN
1) Faktor-Faktor yang
Mendorong Proses Perubahan
Di dalam masyarakat
yang terjadi perubahan terdapat faktor-faktor yang mendorong proses perubahan
yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain:[22]
· Kontak dengan
kebudayaan lain. Kontak langsung maupun tidak langsung telah mendorong
terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Seperti contoh pengaruh adanya
masyarakat asing didaerah tertentu dan juga adanya internet yang menyebarkan
pengaruh kebudayaan asing.
· Sistem pendidian
formal yang maju. Pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan untuk
adanya perubahan yang menuju kearah yang lebih baik. SDM suatu tempat akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mereka lebih dapat memanaatkan
Alam dengan efektif dan efisien.
· Sikap menghargai hasil
karya seseorang dan keinginan-keinginan yang maju. Setiap karya dapat
berpotensi untuk memajukan peradaban manusia. Seperti karya atau penemuan
telepon. Pada awalnya telepon tidak dianggap oleh masyarakat sebagai karya yang
hebat mereka lebih meremehkannya. Tapi suatu ketika masyarakat mengetahui
fungsi sesungguhnya maka karya tersebut menjadi sangat dihargai masyarakat.
Suatu perbuatan pasti diawali oleh keinginan. Keinginan untuk maju membuat kita
berkembang kearah yang lebih baik.
· Sistem terbuka lapisan
masyarakat. Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertical yang luas
atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan
identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai satus lebih tinggi. Identifikasi
merupakan tingkah laku yang sedemikian rupa sehngga seseorang merasa
berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggap lebih tinggi
dengan harapan agar diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Identifikasi
terjadi dalam hubungan super ordinasi-subordinasi. Pada golongan yang
berkedudukan lebih rendah acap kali terdapat perasaan tidak puas terhadap
kedudukan sosial sendiri. Keadaan tersebut dalam sosiologi disebut
status-anxiety. Status anxiety menyebabkan seseorang berusaha untuk menaikkan
kedudukan sosialnya.
· Penduduk yang
heterogen. Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang
mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi yang berbeda mudah terjadinya
pertentangan-pertentangan yang mengundang kegoncangan-kegoncangan. Keadaan
demikian menjadi pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam
masyarakat.
· Ketidakpuasan
masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
· Orientasi ke masa
depan
· Nilai bahwa manusia
harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya
· Dan sebagainya
2) Faktor-Faktor yang
menghalangi terjadinya perubahan
· Kurangnya hubungan
dengan masyarakat lain. Kehidupan terasing atau jauh dari kehidupan masyarakat
lain menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan
apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya kebudayaannya
sendiri. Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat terkungkung pols-pols
pemikiranya oleh tradisi.
· Perkembangan ilmu
pengetahuan yang terlambat. Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat
tersebut terasing dan tertutup atau karena dijajah oleh masyarakat lain.
· Sikap masyarakat yang
sangat tradisional suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau
serta angapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah menghambat jalannya
proses perubahan.
· Adanya kepentingan-kepentingan
yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests dalam setiap organisasi
sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti akana da sekelompok orang yang
menikmati kedudukan perubahan-perubahan. Misalnya dalam masyarakat feodal dan
juga pada masyarakat yang sedang mengalami transisi. Dalam hal yang terakhir,
ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagi pelopor-pelopor
transisi. Karena selalu mengidentifikasikan diri dengan usaha-usaha dan
jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka untuk melepaskan kedudukannya didalam
suatu proses perubahan.
· Rasa takut akan
terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan memang harus diakui kalau tidak
mungkin integrasi semua unsur-unsur kebudayaan yang bersifat sempurna beberapa
perkelompokan unsure-unsur tertentu mempunyai drajat integrasi tinggi.
Maksudnya unsure-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan
menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek tertentu pada masyarakat.
· Prasangka terhadap
hal-hal baru atau asing / sikap yang tertutup
· Hambatan-hambatan yang
bersifat ideologis
· Adat atau kebiasaan
G. PROSES-PROSES
PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN
· Penyesuaian Masyarakat
Terhadap Perubahan
Keserasian atau
harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang
diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai
suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar
berfungsi dan saling mengisi.[23] Dalam
keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan akan adanya ketentraman
karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai.
Setiap kali terjadi
gangguan terhadap keserasian, masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan
lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud menerima atau beradaptasi
dengan unsur yang baru. Akan tetapi, kadangkala unsur baru dipaksakan maksudnya
oleh suatu kekuatan seperti pemerintah atau juga orang yang mempunyai uang dan
membangun suatu unsur baru (mall, perumahan) dan sebagainya. Adakalanya
unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi
norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada masyarakat. Itu
berarti adanya gangguan yang kontinyu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan
tersebut menimbulkan ketegangan-ketegangan serta kekecewaan diantara para warga
yang tidak mempunyai saluran pemecahan. Apabila ketidak serasian dapat
diplihkan kembali setelah terjadinya perubahan, keadaan tersebut dinamakan
penyesuaian (anjustment). Bila sebaliknya yang terjadi, maka dinamakan
ketidakpenyesuaian sosial (maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya
anomie.[24]
Menurut teori evolusi
sesuatu yang tidak dapat menyesuaikan diri tehadap perubahan dan lingkungan
maka, akan tereliminasi. Setelah munculnya faktor penyebab perubahan sosial
maka Masyarakat akan selalu berusaha untuk menyesuaikan dengan lingkungannya.
jika lingkungan berubah maka ia akan berubah.
· Saluran-Saluran
Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Saluran-saluran
perubahan sosial kebudayaan (avenue or channel of change) merupaka
saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya
saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang
pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan sebagainya. Lembaga
kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak, tergantung pada cultural
focus masyarakat paa suatu masa tertentu.
Lembaga kemasyarakatan
yang ada pada suatu waktu mendapatkan nilai tertinggi dari masyarakat cenderung
menjadi saluran utama perubahn sosial dan kebudayaan. Perubahan lembaga
kemasyarakatan tersebut akan membawa akibat pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
lainnya karena lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang
terintegrasi.
Lembaga-lembaga
kemasyarakatan tersebut merupakan suatu struktur apabila mencakup
hubungan antar lembaga kemasyarakatan yang mempunyai pola-pola tertentu dan
keserasian tertentu.
Pada tanggal 17
agustus 1945, terjadilah proklamasi kemerdekaan Indonesia, di mana pertama-tama
terjadi perubahan pada struktur pemerintahan, dari jajahan menjadi Negara yang
merdeka dan berdaulat. Hal ini menjalar ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Misalnya dalam bidang pendidikan, tidak ada lagi diskriminasi antara
golongan-golongan, sebagaimana halnya pada zaman penjajahan. Setiap orang boleh
memilih pendidikan ,acam apa yang disukai. Peubahan tersebut berpengaruh pada
sikap pola perilaku dan nilai-nilaimasyarakat Indonesia.
Dengan singkat
dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perbahan
dikenal, diterima, diakui, serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau dengan
singkat, mengalami proses institutionalization (pelembagaan).
· Disorganisasi
(Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi)
Organisasi merupakan
artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan suatu kesatuan fungsional. Tubuh
manusia misalnya, terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing mempunyai
fungsi dalam rangka hidupnya. Seluruh tubh manusia merupakan suatu kesatuan.
Apabila seseorang sedang sakit, bisa dikatakan salah satu atau lebih bagian
tubuhnya tidak dapat berfungsi seperti seharusnya, maka akan dirasakan oleh
seluruh tubuh. Jadi, secara keseluruhan bagian-bagian tubuh manusia tadi
merupakan keserasian yang fungsional.
Demikian juga
kehidupan dalam suatu kota merupakan suatu organisasi tersendiri. Ada kegiatan
membersihkan kota, jalan raya untuk keperluan transport, restoran, tempat
rekreasi, sekola, rumah penduduk, dan sebagainya. Apabila salah satu bagian
kota tidak berfungsi, timbullah ketidak serasian. Misalnya saja ada jalan yang
ditutuk karena rusak lantas akan timbul kemacetan. Maka dapatlah dikatakan
bahwa disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kebulatan.[25]
Disorganisasi mengenal
pula bermacam-macam derajat atau tahap-tahap kelangsungan. Disorganisasi tidak
hanya terjadi karena pertentangan-pertentangsn yang meruncing, misalnya
peperangan, tetapi dapat pula disebabkan karena kemucetan lalu lintas misalnya.
Kedua hal itu mempunyai pengaruh yang berbeda derajatnya. Criteria terjadinya
disorganisasi antara lain terletak pada persoalan apakah organisasi tersebut
berfungsi secara semestinya atau tidak.
Sehubungan
dengan masuknya unsur-unsur baru, di dalam tubuh suatu sistem sosal seperti
masyaraka, ada unsur-unsur yang menentukan sifatnya sistem sosial tersebut,
yang tidak dapat diubah selama hidup oleh pihak manapun juga.[26] Seperti
biji jagung, jika ditana maka akan menghasilkan pohon jagung dan tidak akan
menghasilkan selain itu. Maka, suatu lembaga pemerintahan misalnya, tidak akan
dapat berubah menjadi night club.
Suatu disorganisasi
atau disintegrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses memudarnya
norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat krena perubahan-perubahan yang
terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sementara itu reorganisasi atau
reintegrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru
agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan.
Tahap reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru
telah melembaga dalam diri warga masyarakat. Berhasil atau tidaknya proses
pelambagaan tersebut
Apabila disorganisasi
terjadi dengan sangat cepat, maka mungkin akan timbul hal-hal yang sulit
untuk dikendalikan. Dengan demikian, reorganisasi tidak dapat terjadi dengan
cepat karena terlebih dahulu harus menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Kemugkinan akan terjadi suatu keadaan dimana norma-norma lama sudah hilang
karena disorganisasi, sedangkan norma-norma baru belum terbentuk. Keadaan
tersebut merupakan keadaan krisis dalam masyarakat. Pada keadaan demikian akan
dijumpaianomie[27].
Anomie mungkin juga terjadi pada waktu suatu disorganisasi meningkat ke tahap
reorganisasi.
Pada ketidak serasian
perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya ada unsur-unsur yang cepat
berubah dan ada pula unsure yang sukar untuk berubah. Biasaya unsur-unsur
kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah dari pada unsur-unsur kebudayaan
rohaniah. Apabila terdapat unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan yang erat,
tidak ada persoalan mengenai tidak adanya keseimbangan lajunya
perubahan-perubahan. Apabila dalam hal ini terjadi ketidak serasian,
kemungkinan akan terjadinya kegoyahan dalam hubungan antara unsur-unsur
tersebut diatas sehingga keserasian masyarakat terganggu. Misalnya, apabila
pertambahan pendudk berjalan dengan cepat, untuk menjaga tata tertib dalam masyarakat
diperlukan pula penambahan petugas-petugas keamanan yang seimbang banyaknya.
Sampai sejauh mana
akibat keadaan tidak serasi laju perubahan tersebut tergantung dari erat atau
tidaknya integrasi antara unsur-unsur tersebut. Apabila integrasi unsur-unsur
dalam masyarakat sangat erat maka ketidakserasian mempunyai akibat yang sangat
jauh.
Suatu teori yang
terkenal di dalam sosiologi mengenai perubahan dalam masyarakat adalah teori
ketertinggalan budaya (cultural lag) dari William F. Ogburn. Teori tersebut
mulai dengan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya
dalam keseluruhan, tetapi ada bagian yang tumbuh cepat dan ada yang tumbuh
dengan lambat. Perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan
dari suatu masyarakat dinamakan culture lag. Jadi suatu ketertinggalan terjadi
apabila laju perubahan dari dua unsur atau lebih masyarakat atau kebudayaan
yang mempunyai kolerasi, tidak seimbang sehingga unsure yang satu tertinggal
oleh unsur lainnya.
Pada dewasa ini proses-proses pada
perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu,
yaitu sebagai berikut:
1. Tidak ada masyarakat
yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang
terjadi secara lambat atau secara cepat.
2. Perbahan yang terjadi
pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan
pada lembaga-lembaga sosial lainya. Karena lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya
interdependen, maka suli sekali untuk mengisolasi perubahan pada
lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses awal dan proses-proses selanjutnya
merupakan suatu mata rantai.
3. Peubahan-perubahan
sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara
karena berada di dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh
suatu reorganisasi yang menyangkut pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain
yang baru.
4. Perubahan-perubahan
tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau sepiritual saja karena kedua
bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
5. Secara tipologis,
perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai berikut.[28]
a) Social proces: the
circulation of variousreward, facilities, and personnel in an existing
structure.
b) Segmentation: the
ploriferation of structural unit that do not differqualitatively for existing
unit.
c) Stuctura change: the
emege of qulitatifely new complexes of role and organitation.
d) Change in group
sturucture: the sifts in the composition of groups, the level of consciousness
of groups, and the relations among the groups in socity.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan sosial dan
kebudayaan akan selalu terjadi, ada perubahan yang cepat dan ada yang lambat.
Faktor penyebab perubahan ada yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri
dan ada yang berasal dari luar. Yang berasal dari masyarakat yaitu pertambahan
penduduk, hubungan dengan kebudayaan lain, penemuan baru, teknologi dan
sebagainya. Sedangkan yang dari luar adalah lingkungan sekitar, pengaruh
kebudayaan lain dan sebagainya.
Perubahan sosial dan
kebudayaan ada yang direncanakan dan ada yang tidak direncanakan. Perubahan
yang direncanakan akan dilaksanakan oleh agen of change untuk memperoleh
keadaan yang diinginkan agen of change. Agen of change misalnya pemerinta,
perusahaan pembangunan dan sebagainya.
Setiap terjadi suatu
perubahan, maka masyarakat akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut. Tapi jika suatu masyarakat tertutup dari perubahan atau
menolak maka akan terjadi ketertinggalan budaya
DAFTAR PUSTAKA
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:
Rajawali Pers, Cet 43, 2010
Muhammad Tholhah Hasan, Islam dalam perspektif sosiokultural, Jakarta:
Lantabora Press, 2005, cet ke-3
Pitirim A. Sorokin, Contemporary Sociologial Teories, (New
York: Harper and Brothers, 1928),
Wilbert E. Moore, “Sociale Verandering”, dalam Social Change, diterjemahkan
oleh A. Basoski, Prisma Boeken. Utrecht, Antwepen, 1965
William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff: sociologi, edisi
ke-4, A. Feffer dan Simons Internatinal University Edition, 1964, bagian 7
Kingslay Davis, human society, cetakan ke-13, The
Macmillan
Mac Iver, society; A textbook of sociology, new York:
Farrar and Rinehart, 1937),
Samuel Koenig, Mand and Society, the basic teaching of
sociology, (New York: Barners & noble Inc, 1957)
www.google.com